Senin, 19 Maret 2012

Tips Hindari Serangan Tomcat


tomcat


Sejumlah warga Surabaya menjadi sasaran
serangan Paederus riparius, jenis serangga berwarna merah-hitam yang populer dengan
sebutan Tomcat. Mereka merasakan sensasi terbakar di kulit seiring munculnya
bentol-bentol merah mengandung cairan seperti nanah.





Yang perlu diwaspadai bukan hanya racun yang
keluar saat menggigit, tapi juga gesekan sayap yang memperparah rasa gatal.





"Racun yang dikeluarkan serangga itu
jenis zat asam sehingga membuat gatal, iritasi, membuat kulit melembung,"
kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Budi Rahayu, kepada VIVAnews.





Habitat serangga jenis Arthropoda itu paling
banyak di rerumputan atau semak, dan lampu yang menyala di malam hari.
Karenanya, biasakan menutup pintu dan jendela rumah, dan kalau perlu gunakan
kelambu saat tidur untuk mengurangi risiko serangan Tomcat.





Budi mengimbau masyarakat untuk menghindari
kontak langsung dengan jenis serangga tersebut. Namun, tak perlu panik jika
terlanjut terkena gigitan. Cukup mencuci bagian permukaan kulit dengan air
sabun, lalu oleskan salep untuk menghilangkan gatal atau alergi. Jangan garuk
untuk menghindari infeksi.





Pengamat Hama Dinas Pertanian Kota Surabaya,
Radix Prima, menambahkan bahwa Tomcat memiliki senjata untuk melumpuhkan lawan
dengan menggeluarkan kelenjar toksin. "Itu ada di belakang tubuhnya,
berupa cairan," kata Prima.





Meski demikian, Tomcat merupakan sejenis
wereng yang justru 'bersahabat' dengan petani. "Habitatnya di semak-semak,
tempat yang lembab dan keluarnya pada malam hari. Termasuk di genangan air
bersih, serta sangat suka di sinar lampu," kata Radix.





Terkait munculnya sejumlah kasus di Surabaya,
Budi belum bisa menyebutnya sebagai wabah. "Selain tidak terjadi di banyak
tempat, juga tidak ada data resmi terkait laporan orang-orang yang
mengalaminya," kata Budi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar