Senin, 05 Maret 2012

Mitos Bambu di Asia




bambu


Masyarakat Asia - khususnya bagian Timur -
sangat akrab dengan bambu sejak berabad lampau. Selain multiguna, bambu juga
menjadi bagian dari mitos bangsa Asia. Beberapa diantaranya sebagai berikut.





Jepang





Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang kakek dan
nenek. Sang Kakek bekerja dengan mengambil bambu dari gunung lalu membuat
keranjang atau wadah dari bambu, orang-orang menyebutnya Kakek Pengambil Bambu.





Pada suatu hari, ketika kakek itu masuk ke
belukar bambu seperti biasanya, terlihat cahaya yang silau entah dari mana. Ia
melihat kesekelilingnya, ternyata ada sebatang bambu yang berkilau emas.





Kakek merasa aneh, lalu mencoba memotong bambu
itu. Terlihat anak perempuan yang mungil dan manis tengah duduk di dalam bambu
yang telah di potong itu.





Kakek mengambil anak perempuan itu kedalam
tangannya, lalu membawanya pulang dengan hati-hati.





"Pasti tuhan memberikannya untuk kita
yang tidak punya anak."





"Wah, benar-benar anak yang sangat
manis."





Kakek dan nenek itu menamakannya Putri Kaguya
dan mencurahkan kasih sayangnya kepada Putri Kaguya.





Sejak mulai merawat Putri Kaguya, Kakek selalu
menemukan bambu yang berkilau-kilauan emas setiap kali ia pergi kegunung. Jika
bambu itu dipotong, didalamnya terdapat gundukan emas. Oleh karena itu, kakek
menjadi sangat kaya.





Singkat cerita, setelah dewasa banyak pemuda
ingin melamar Kaguya. Namun, tak seorang pun diterimanya. Hingga akhirnya Putri
Kaguya kembali ke bulan.





"Ah, saya ingin selalu ada di dekat kakek
dan nenek, tetapi saya harus pulang ke bulan. Saya adalah makhluk yang berasal
dari kota besar di bulan."








Vietnam





Sebuah legenda kuno Vietnam bercerita tentang
seorang petani muda miskin yang jatuh cinta dengan putri seorang tuan tanah .





Sang tuan tanah berupaya  menggagalkan hubungan cinta tersebut dengan
mengajukan syarat: Petani muda tersebut harus membawa seratus simpul dari pohon
bambu. Untunglah, muncul Sang Buddha yang memberi bantuan.





Saat petani menagih janjinya, tuan tanah
tersebut penasaran dan ingin melihat hasil simpul dari bambu yang menjadi
panjang. Anehnya, sang tuan tanah menyatu dengan simpul bambu sampai ia mau
merestui hubungan putrinya dengan petani miskin tadi.





Karena itulah, masyarakat Vietnam percaya
bambu sebagai simbol ikatan perkawinan yang sukses dan tahan lama.








Burma





Di Burma, terdapat kisah legenda seorang gadis
kecil yang berasal dari tangkai bambu, lalu ia tumbuh dewasa menjadi seorang
perawan cantik.








Filipina





Mitos bambu juga hidup di Filipina, kisah
tentang asal-usul penciptaan laki-laki dan wanita pertama di dunia, Sikalak dan
Sikabayan.





Mereka lahir dari batang bambu yang ditanam di
taman surga oleh Dewa Kaptan. Mereka ditanam untuk merawat taman surga tersebut.
Namun, mereka jatuh cinta.





Sayangnya, karena masih terkait ikatan saudara
berarti tidak boleh menikah. Mereka pun meminta saran pada ikan tuna, burung
merpati, dan bumi.





Saran terakhir mengatakan bahwa "dunia
haruslah dihuni manusia," maka mewujudlah mereka menjadi manusia, dan
akhirnya mereka pun menikah dan menetap di bumi (Piper, 1992: 62-64).








India





Kepercayaan Hindu di India punya cerita lain
lagi.





Alkisah, seorang wanita cantik bernama Murala,
wanita dari kasta Bangsawan ingin menikah dengan seorang pria yang ternyata
berkasta lebih rendah dari dirinya. Karena merasa tertipu dan kecewa dengan
ketidaksetaraan kasta tersebut, Murala lalu memanjatkan doa kepada Dewa Wishnu.





Setelah mendapatkan jawaban atas doanya itu,
Murala mendaki tumpukan kayu bakar, lalu membakar dirinya. Bambu pertama
dimitoskan tumbuh dari tebaran abu kremasi Murala itu.








Sunda





Dalam kebudayaan Sunda yang berbudaya agraris
dengan sumber pangan pokok padi (pare), hubungan bambu dengan mitos kesuburan
itu pun hidup. Di daerah-daerah yang warganya bertani, lahan-lahan pertanian
ada yang disisihkan sebagian untuk ditanam bambu. Mitos terhadap Nyai Pohaci
sebagai lambang dewi padi, hidup di tengah-tengah masyarakat adat Sunda.





Untuk menolak bala (nyinglar) hama dalam
kegiatan mengolah lahan pertanian di sawah dan huma, orang Sunda lama mencipta
syair dan lagu sebagai persembahan terhadap Nyai Pohaci. Syair-syair itu dalam
perkembangannya disertai tumbukan bunyi antarbatang bambu yang dibuat untuk
Nyai Pohaci, sebagai perlambang dewi kesuburan.





Tumbukan bunyi antar batang bambu itu
dilakukan sebagai ritus panen padi di huma (ladang) sebagaimana dilakukan di
masyarakat adat Kanekes, Baduy (Admadibrata dkk, 2006: 4).





Dalam tradisi macam demikian, alat musik
bernama angklung kerap diasosiasikan untuk digunakan dalam ritual panen beras
(Piper, 1989: 68). Misalnya di Banten Selatan, orang-orang Baduy memiliki
kebiasaan menggoyangkan tiga atau empat angklung ketika menyelesaikan pekerjaan
huma s�rang, seperti menyucikan lahan yang dapat ditanami pada saat festival
kawalu (Kunst, 1973: 363).





Nah, bagaimana dengan mitos bambu di negara
lainnya? Ada yang mau berbagi, silahkan saja, ya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar