Minggu, 04 Maret 2012

Makna Didikan Keras sang Ayah [motivasi}




ayah


Jenny adalah seorang anak tunggal dari sebuah
keluarga yang sederhana di pinggiran kota. Meski ia adalah anak tunggal, namun
Jenny sejak kecil sering dimarahi oleh ayahnya. Dimata sang ayah, tidak ada
satupun pekerjaan yang benar dilakukan Jenny. Meski setiap hari, Jenny selalu
berusaha keras untuk mengerjakan sesuatu yang diinginkan ayahnya. Namun tetap
saja, hanya ketidakpuasan sang ayah yang ia dapatkan.





Begitupun pada saat ia berusia 17 tahun. Tidak
ada kalimat ucapan selamat ulang tahunpun yang keluar dari mulut sang ayah. Dan
tak heran, kalau semua hal ini membuat Jenny semakin membenci ayahnya. Sosok
ayah yang ada dalam dirinya, adalah sosok seorang ayah yang pemarah dan juga
tidak pernah memperhatikan dirinya. Hingga akhirnya, Jenny pun memberontak.
Semenjak itu, tidak pernah satu haripun dilalui tanpa bertengkar dengan
ayahnya.





Beberapa hari setelah ulang tahun Jenny yang
ke-17, ayahnya meninggal dunia akibat penyakit tumor yang tidak pernah ia
ceritakan kepada siapapun, kecuali pada istrinya. Walaupun merasa sedih dan
kehilangan, tetapi di dalam diri Jenny masih tersimpan rasa benci yang mendalam
kepada sang ayah.





Suatu hari, saat Jenny membantu ibunya
membereskan barang-barang peninggalan almarhum, ia menemukan sebuah bingkisan
yang dibungkus dengan rapi, dan di atasnya tertulis, "Untuk anakku
tersayang".





Lalu dengan hati-hati diambilnya bingkisan
tersebut, dan Jenny pun mulai membukanya. Di dalam bingkisan tersebut, terdapat
sebuah jam tangan serta sebuah buku yang telah lama ia inginkan. Selain kedua
benda itu, terdapat sebuah kartu ucapan berwarna kuning muda, warna kesukaan
Jenny. Perlahan ia membuka kartu 
tersebut, dan mulai membaca tulisan yang ada di dalamnya yang ia kenali
betul, sebagai tulisan tangan ayahnya.











Tulisan dalam kartu itu membuat air mata Jenny
tak terbendung lagi. Ibunya menghampiri dan menanyakan apa yang telah terjadi.
Dalam pelukan ibunya, Jenny pun menceritakan tentang isi dan tulisan yang
terdapat dalam bingkisan ualng tahun peninggalan ayahnya.





Sang ibu, lalu menceritakan bahwa ayahnya
memang sengaja merahasiakan penyakit yang diderita nya sejak lama. Dan sengaja
mendidinya dengan keras, agar ia kelak menjadi sosok wanita yang kuat dan
tegar.





***





Kawan, Jangalah hanya melihat apa yang kita
lihat dengan kedua mata kita saja. Tapi lihat pula sesuatu itu dengan mata hati
kita. Apa yang telah kita lihat dengan kedua mata kita, terkadang tidak seperti
apa yang sebenarnya terjadi. Kasih sayang seorang ayah, Ibu, saudara-saudara,
atau orang-orang di sekitar kita, dan terutama kasih Yang Maha Kuasa,
dilimpahkan kepada kita dengan berbagai cara. Sekarang tinggal bagaimana kita
menerima, menyerap, mengartikan, dan membalas kasih sayang itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar