Minggu, 04 Maret 2012

Film-Film Perjuangan Indonesia Jaman Dulu




Mencintai sejarah Indonesia sama saja belajar
sejarah dan belajar cinta tanah air. Yuk kita cek film2 perjuangan kita :





JANUR KUNING










Janur Kuning. Film produksi tahun 1979 in
layak untuk ditonton. Dulu film ini sering di putar di TVRi. Janur Kuning,
merupakan film yang menceritakan tentang Kisah peperangan di Yogya yang juga di
kenal dengan nama Serangan Umum 1 Maret, dimana terlibat banyak tokoh seperti
Soeharto, Jenderal Sudirman dan tokoh-tokoh heroik lainnya seperti Komarudin
yang di perankan oleh Amak Baldjun.. Film ini mengetengahkan perjuangan fisik
di sekitar penyerbuan lapangan udara Maguwo oleh Belanda, dan perebutan kota
Yogya yang di pimpin oleh Letkol Soeharto. Soeharto menjadi tokoh sentral di
film ini meski tidak secara utuh.








BANDUNG LAUTAN API










Film tahun 1974. Bandung Lautan Api merupakan
salah satu film Perjuangan yang dimiliki oleh insan perfilman Indonesia. Film
ini di bintangi oleh Dicky Zulkarnaen dan Christine Hakim. Kisah berlatar
belakang peristiwa 24 Maret 1946 di Bandung yang membuat kota ini seperti
lautan Api. Adegan peperangan antara Indonesia � Belanda, juga di bumbui dengan
konfilk Nani (Christine Hakim) gadis palang Merah yang menaruh hati pada
temannya, namun Nani sendiri di taksir oleh komandan Kompi Hidayat (Dicky
Zulkarnaen). Sebuah film perang dengan dibumbui cinta dua anak manusia.








MEREKA KEMBALI










Mereka Kembali, Tragedi Siliwangi, merupakan
film tahun 1972 yang dibintangi oleh Sandy Suwardi Hassa, Rahayu Effendi dan
Rina Hashim. Film karya sutradara Nawi Ismail ini mengisahkan tentang
perjalanan panjang atau Long March divisi Siliwangi dari Yogya kembali ke
Bandung, Jawa barat saat gagalnya perjanjian Renville 18 Desember 1948.
Panglima Sudirman memerintahkan Divisi Siliwangi untuk kembali, perjalanan
panjang atau long march ini penuh dengan derita dan hambatan dari belanda
maupun menghadapi gerombolan Daarul Islam yang saat itu sedang berkembang.








PAHLAWAN GOA SELARONG










Pahlawan Goa selarong di produksi pada tahun
yang sama denga mereka Kembali, yakni tahun 1972 karya sutradara Lilik Sudjio.
Kisah berawal dari kecemasan Pangeran Di ponegoro karena tindakan patih
danurejo yang mengakibatkan sengsara rakyat karena pajak di naikkan. Diponegoro
akhirnya keluar dari keraton untuk bergabung dengan pejuang Sentot Alibasya.
Film ini menurut penulis cukup membingungkan dan membosankan.








SURABAYA 45










Surabaya 45 merupakan film perlawanan heroik
pejuang-pejuang Surabaya ketika Belanda mengibarkan bendera Mereka di hotel
Yamato namun pemuda-pemuda Surabaya dapat merobek dan menurunkan bendera
Belanda dan digantikan dengan Bendera Merah Putih








NOVEMBER 1828











November 1828 merupakan salah satu film karya
sutradara besar Teguh Karya. Film produksi 1978 ini berlatar kisah peperangan
Diponegoro. Ditengah suasana perang Diponegoro Kapiten De Borst (Slamet
Rahardjo), seorang indo sangat ingi membuktikan diri sebagai Belanda yang
murni. Untuk membuktikannya ia harus berhasil menangkap Sentot Prawirodirdjo
otak peperangan Diponegoro. Segala cara ia lakukan termasuk menyandera anak dan
istrinya.








RA KARTINI










RA Kartini sebuah film perjuangan RA kartini
untuk memuwujudkan cita-citanya, RA Kartini sebagai seorang pejuang wanita yang
berani mendobrak adat dan budaya tentang wanita itu sendiri. Film ini cukup
panjang. RA Kartini di bintangi oleh artis Jenny Rachman .








CUT NYAK DHIEN










Cut Nyak Dhien dengan bintang utama Christine
Hakim adalah merupakan tokoh pejuang wanita asal Aceh. Perjuangan Cut Nyak
Dhien menghadapi Belanda yang ia himpun akhirnya harus patah setelah di
khianati oleh kawannya sendiri.








PASUKAN BERANI MATI










Barry Prima, tidak hanya sekedar bermain film
laga, namun ia juga bermain di sebuah film perjuangan. Film produksi 1982 ini
merupakan Sebuah romantika perang revolusi kemerdekaan. Ada penduduk gagah
berani, ada maling yang jadi nekat, ada dendam, ada tentara kecut tapi lalu
nekat, ada pengkhianat, ada pedagang yang hanya mementingkan diri. Sebuah
gambaran klise. Batalyon pimpinan Kapten Bondan (Dicky Zulkarnaen) yang menyatu
dengan rakyat bergerilya hingga merepotkan Belanda. Dengan berbagai upaya
termasuk kelicikan, Belanda akhirnya bisa tahu tempat persembunyian batalyon
itu. Maka porak-porandalah batalyon itu diserbu. Kapten Bondan meninggal. Enam
sisa pasukannya dan seorang penduduk yang selalu mendukung perjuangan tentara
secara spontan membentuk pasukan berani mati. Mereka menyerbu markas Belanda
dan ganti memorak-morandakan markas itu dengan imbalan kematian nekat mereka.








PERAWAN DI SEKTOR SELATAN










Karena sakit hati akan perlakuan gerilyawan
republik hingga ibunya meninggal, Laura memihak Belanda dan diselundupkan
sebagai mata-mata ke pasukan Kapten Wira (Kusno Sudjarwadi) di Sektor Selatan,
suatu daerah pedalaman terpencil. Laskar rakyat ini selalu merepotkan Belanda.
Laura menyamar sebagai Fatimah dan mengaku kakak anggota Laskar yang ditawan
Belanda. Ia berhasil membuat diperebutkan beberapa anggota Laskar, sementara
antara Wira dan Kobar (Lahardo), juga terjadi pertentangan karena sikap Kobar
yang main babat, senang perempuan dan berjudi.





Konflik ini memuncak dengan pengepungan Kobar
atas markas Wira. Melihat situasi ini, lewat penghubungnya Laura mengundang
pesawat Belanda menyerbu dan membebaskan ahli perang urat syaraf yang ditawan
Wira. Merasa diketahui penyamarannya, Laura lari dan akhirnya tewas di pelukan
Rengga (Dicky Zulkarnaen), anggota Laskar yang dicintainya. Laura yang jadi
titik sentral cerita, paling lengkap informasinya, yang disampaikan dengan cara
sorot balik pada adegan-adegan penting.








KERETA API TERAKHIR










Sebuah kisah dengan latar belakang gagalnya
Perjanjian Linggarjati, yang tentu didekati dengan sikap romantik, baik
terhadap kepahlawanan, maupun kisah cinta di baliknya. Markas Besar tentara di
Yogya memutuskan untuk menarik semua kereta api yang ada ke Yogya. Alat angkut
ini penting untuk transportasi. Untuk itu ditugaskan Letnan Sudadi (Rizawan
Gayo), Letnan Firman (Pupung Harris), dan Sersan Tobing (Bangun Sugito) untuk
mengawal semua kereta yang akan diberangkatkan dari stasiun Purwokerto, dengan
kerja sama Kol. Gatot Subroto (Soendjoto Adibroto). Sudadi mengawal kereta yang
pertama, Firman dan Tobing mengawal kereta terakhir. Perjalanan kereta terakhir
yang penuh hambatan ini yang jadi pokok cerita: pengungsi yang memadati kereta,
serangan-serangan Belanda, dll. Diutarakan juga kepahlawanan para pegawai
kereta api, terutama kondektur Bronto (Deddy Sutomo). Dan diselipkan kisah
cinta antara Firman dan dua Retno yang ternyata merupakan gadis kembar.








PENGKHIANATAN G 30 S PKI










Film ini paling laku di Indonesia karena paling
sering di putar di TVRI masa Orde baru. Namun sayang karena dianggap melenceng
dari sejarah film ini di hentikan pemutarannya sekarang.





Terlepas dari kontroversi yang ada, film ini
layak di tonton mengingat korban kebiadaban PKI pada jamannya yang telah
membunuh para Jenderal yang di beri gelar pahlawan revolusi.








OPERASI TRISULA/PENUMPASAN SISA SISA PKI
BLITAR










Sebuah usaha mengisahkan kembali penumpasan
anggota gerakan G-30-S PKI yang melarikan diri dari Jakarta dan berbagai
daerah. Mereka ini kemudian bertahan dan menyusun gerakan dari wilayah tandus,
berbukit, dan bergua-gua di Blitar Selatan. Mereka dilukiskan merampok,
melakukan sabotase dan meresahkan penduduk. Sebuah operasi militer dengan
sebutan Operasi Trisula dibentuk untuk membasmi mereka. Pelukisan dalam film
terlampau sederhana dan hitam-putih, hingga lebih terasa sebagai propaganda
dibanding maksudnya sebagai sebuah dokudrama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar