Rabu, 21 Maret 2012

Awas !! Jangan Pencet Tomcat !!


tomcat


Surabaya tengah heboh oleh serangan serangga
tomcat atau kumbang rove yang memiliki racun penyebab luka pada kulit manusia.






Hingga saat ini tercatat 13 kecamatan di Kota
Surabaya yang terkena dampak dari serangan tomcat. Sekitar 13 puskesmas
kecamatan di Surabaya pun kebanjiran pasien yang terkena serangga tomcat.





Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Tjandra Yoga Aditama
menjelaskan bahwa kulit yang terkena gigitan serangga tersebut biasanya akan
terasa panas dalam waktu singkat.





Setelah 24 jam hingga 48 jam akan muncul
gelembung pada kulit menyerupai lesi seperti akibat terkena air panas atau luka
bakar. Dia juga mengatakan gigitan kumbang tersebut juga bisa menimbulkan lesi
pada mata dan menyebabkan conjunctivitis atau disebut dengan Naerobi's Eye.





Namun demikian, pada beberapa kasus yang
jarang terjadi gigitan kumbang tersebut tidak menimbulkan gejala kulit yang
berarti. "Penyakit yang ditimbulkan pada manusia adalah dermatitis contact
irritan akibat racun paederin yang ada di dalam tubuh si kumbang kecuali di
sayap," katanya.





Dermatitis tambah dia, terjadi bila
bersentuhan secara langsung dengan serangga ini, atau secara tidak langsung,
misalkan melalui handuk, baju atau barang lain yang tercemar racun panderin.





Sementara itu, untuk menghindari terjadinya
penyakit kulit akibat terkena tomcat, maka ada beberapa langkah yang harus
dipenuhi. "Jika menemukan serangga ini, jangan dipencet, agar racun tidak
mengenai kulit. Masukkan saja ke dalam plastik dengan hati-hati lalu buang ke
tempat yang aman," katanya.





Langkah berikutnya adalah segera mencuci
bagian tubuh yang bersentuhan dengan serangga itu menggunakan air dan juga
sabun. "Kompres kulit dengan cairan antiseptik dingin bila sudah timbul
lesi seperti luka bakar," katanya.





Bila gejala terus berlanjut dan kondisi tubuh
semakin memburuk, maka orang yang bersentuhan dengan serangga tersebut harus
segera mendatangi fasilitas kesehatan terdekat. Dia merinci, tomcat biasanya
disebut sebagai semut semai atau semut kayap.





"Serangga ini digolongkan pada ordo
cleopatra atau kelompok kumbang dan sub ordo rove beetle atau kelompok kumbang
kecil dan merupakan jenis spesies Paederus Littorarius," katanya.





Dia menambahkan, tomcat memiliki panjang
sekitar satu centimeter dengan badan berwarna oranye dan memiliki bagian bawah
abdomen, serta kepala berwarna gelap.





"Dia memiliki sepasang sayap namun
tersembunyi, sepintas mirip dengan semut namun bila tengah merasa terancam,
akan menaikkan bagian perut atau abdomen sehingga nampak seperti
kalajengking" katanya.





Tomcat, tambah dia memiliki total 622 spesies
yang menyebar di seluruh dunia. Spesies di Indonesia yang menyebabkan
dermatitis adalah Paederus peregrines.





"Pernah dilaporkan menimbulkan wabah
dermatitis di Australia, Malaysia, Srilangka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika
Tengah, Uganda, Argentina, Brazil, Prancis, Venezuela, Ekuador dan India,"
katanya.





Tempat yang disukai tomcat adalah yang lembab
dan di antara tanaman seperti padi dan jagung. "Tomcat itu merupakan salah
satu predator hama wereng yang kerap mengganggu tanaman pangan, karena itu
Tomcat sebenarnya berguna untuk membantu para petani," katanya.





Akan tetapi dalam tiga hingga empat tahun
terakhir telah dilaporkan adanya gangguan kesehatan pada manusia. Dia juga
mengatakan, sebenarnya serangga tersebut bersifat kosmopolitan, artinya bisa
berada di mana saja baik di daerah yang lembab, lantai tanah maupun keramik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar