Senin, 05 Maret 2012

6 Kelebihan Pria 'Anak Mama'




anak mama




Istilah mama's boy alias anak mami terlanjur
memancarkan kesan negatif. Padahal, pria "anak mami" sebenarnya juga
memiliki nilai positif.





Yang perlu Anda ketahui lebih dulu adalah, apa
yang menyebabkan mereka disebut sebagai anak mami? Apakah karena mereka tumbuh
dalam keluarga dimana ibu adalah sosok yang dominan (sehingga sosok ayah tak
sepenuhnya "hadir")? Ataukah karena mereka dibesarkan oleh single
parent, yaitu ibu?





Menurut psikolog dari Manhattan, New York
City, Dr Joseph Cilona, seorang pria yang dibesarkan oleh ibu tunggal (single
mom) yang tidak memiliki kemampuan mengasuh anak yang baik, cenderung
mengabaikan anak, dan kasar, akan membentuk kepribadian anak lelaki ini menjadi
kurang baik. Ketika dewasa, sang anak biasanya memiliki masalah serius bila
berhubungan dengan perempuan dan dalam menjalin relasi.





Meskipun demikian, lanjutnya, �Pria yang
dibesarkan secara eksklusif oleh perempuan juga bisa memiliki keuntungan
dibandingkan pria yang tidak (berasal dari latar belakang tersebut), yaitu
kemampuan berkomunikasi secara efektif, mampu memahami perasaan (orang lain)
maupun mengekpresikan perasaannya sendiri.�





Keuntungan ini, tentunya, muncul ketika pria
tersebut memiliki hubungan yang baik dengan ibu mereka yang kebetulan menjadi
single parent. Pria seperti ini sudah terlatih untuk mengurus diri sendiri, dan
merawat ibu mereka, setidaknya bertindak sebagai partner bersama sang ibu yang
selama ini tinggal bersamanya. Mereka telah belajar sejak kecil bagaimana
menjadi suami yang baik, yang kebanyakan baru dialami pria lain belakangan
ketika menikah.





Jadi, ketika Anda menghadapi pria "anak
mami", terlebih dulu selidiki bagaimana latar belakangnya. Bila ia
termasuk tipe yang terakhir ini, Anda tidak perlu khawatir. Dan inilah 6 alasan
mengapa pria yang dibesarkan oleh single mombakal jadi Mr. Right buat Anda:





1. Mereka menghargai perempuan


�Pria yang dibesarkan oleh ibu mereka lebih
mungkin mengembangkan sudut pandang bahwa semua orang itu sederajat bila
menyangkut masalah gender, dan cenderung kurang menganut pandangan
chauvinistic,� ujar Dr Cilona. Pria-pria seperti ini menganggap hubungan dengan
sang ibu sebagai tim, dan menginginkan hubungan yang sama dengan pasangannya
kelak.





2. Mereka rapi dan teratur


Mereka tidak ragu mencuci piring dan
menyetrika, sebelum menunggang motornya menuju kantor. Mereka juga luwes saat
berbelanja keperluan bulanan, membersihkan kamar mandi, dan mungkin juga mampu
memasak (bayangkan, misalnya, saat si dia sedang mengolah bumbu chicken
teriyaki; seksi bukan?). Mereka bersedia melakukan pekerjaan rumah tangga ini
karena sadar rumah memang harus dirapikan; mereka tak bakal mengomel karena
harus mengerjakannya.





3. Mereka mampu berkomunikasi dengan baik


�Karena sudah terbiasa mengekspresikan
perasaan dan emosi secara langsung, lembut, dan lebih sering, pria-pria ini
memiliki kemampuan memahami perasaan (orang lain) dengan lebih baik, selain
mengidentifikasi dan menyampaikan pengalaman emosional mereka sendiri,"
ungkap Dr Cilona.





Kadang-kadang mereka bahkan bisa memahami
perasaan pasangannya meskipun si pasangan belum mengucapkan sepatah kata pun.
Mereka pandai membaca perasaan perempuan, dan seringkali lebih berani daripada
pria mana pun dalam mengungkapkan perasaan. Tidak melulu tentang perasaan cinta
ya, tetapi juga ketakutan atau kekhawatiran mereka tentang sesuatu hal.





4. Mereka bukan pengeluh


Ketika ada pekerjaan yang harus diselesaikan,
pria seperti ini tidak takut melangkah maju, dan tidak mengeluh lebih dulu.
Mereka mengerti penghargaan apa yang dapat diperoleh dari pekerjaan yang
diselesaikan dengan baik. Dengan kata lain, Anda tidak harus menyuruh-nyuruh
mereka untuk melakukan sesuatu.





5. Mereka cekatan


Menjadi pria satu-satunya di dalam keluarga
sejak usia muda memang membutuhkan tanggung jawab besar. Namun salah satu
keuntungan yang bisa didapatkan dari pengalaman ini (khususnya untuk kekasihnya
nanti) adalah bahwa pria seperti ini sangat cekatan dalam menangani kerusakan
ini-itu di rumah. Mereka juga mampu menghibur teman perempuannya yang sedang
patah hati, dan mengesampingkan dulu egonya.





6. Mereka bertanggung jawab


Pria-pria ini tumbuh dalam keluarga yang,
karena tuntutan, membuat mereka harus mampu mengatasi persoalannya sendiri.
Tanpa kehadiran orangtua yang lengkap, yang akan selalu memastikan bahwa makan
siangnya sudah tersedia, atau selalu ada untuk menemani membuat PR, mereka
belajar untuk bertanggung jawab dengan diri mereka sendiri. Mereka sangat
hati-hati dengan komitmen yang telah mereka buat, karena mereka hampir selalu
harus menjaganya. Hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah membuat
pasangan mereka kecewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar